extremophiles

Beberapa ilmuwan India menemukan mikroorganisme baru dinamai "extremophiles" yang dapat bertahan hidup dalam air mendidih dan radiasi sinar ultraviolet, lapor tabloid Mail Today baru-baru ini.

Para ilmuwan menemukan mikroorganisme itu pada ketinggian 40 kilometer di atas permukaan Bumi.

Upaya itu pelopori ilmuwan dari Pusat Sel dan Mikrobiologi di kota Hyderabad, India Selatan, S. Shivaji, yang telah meneliti bakteri di Antartika, Kutub Utara dan Gletser Himalaya.

"Ketiga spesies baru yang ditemukan sekarang dapat dibedakan dari semua spesies yang sejauh ini dilaporkan ada dalam catatan ilmiah," kata surat kabar itu mengutip Shivaji.

Bakteri itu dapat bertahan pada dosis lebih tinggi radiasi ultravioalet, tumbuh dalam kondisi gizi rendah, dan memiliki susunan asam lemak yang memungkinkan mereka bertahan hidup dalam kondisi ekstrem.

Spesies baru itu diisolasi setelah analisis luas mengenai contoh udara yang dikumpulkan dari atmosfir daerah yang lebih tinggi. Semua contoh dikumpulkan dari ketinggian antara 20 - 41,4 kilometer pada April 2005, tapi temuan baru terjadi belum lama ini.

Para ilmuwan mengatakan sulit untuk meramalkan bagaimana bakteri dapat bertahan hidup di lingkungan yang rendah oksigen semacam itu.

Penelitian "extremophile" ini sendiri menimbulkan pertanyaan mengenai kelangsungan hidup bentuk kehidupan dan dapat mengarah kepada pengenalan lebih lanjut mengenai rangkaian baru dan menemukan beragam penerapan produk yang berlandaskan bioteknologi.

Extremophiles adalah organisme yang berkembang dalam lingkungan paling ekstrim di Bumi. Dari sulfat air panas di Yellowstone National Park sampai ke es Antartika, Extremophiles bahkan telah ditemukan terletak di jantung reaktor nuklir. Makhluk-makhluk ini mendorong batas-batas dari apa yang kita tahu tentang biologi, dan memaksa kita untuk mengevaluasi kembali kemungkinan bentuk kehidupan di luar bumi. Para ilmuwan menemukan jumlah yang terus meningkat dari organisme ini  .

Jamur Chernobyl ditemukan beberapa tahun lalu, ketika para ilmuwan menggunakan ROV untuk memeriksa lokasi Chernobyl.  Yang mengejutkan mereka, mereka menemukan lendir gelap di dinding, tinggal di dalam reaktor dan benar-benar makan radioaktif.  Jamur   kaya melanin ini meningkat pesat dalam ukuran saat terkena   sinar gamma tingkat tinggi. Jamur dan bakteri lainnya juga ditemukan dengan kemampuan yang sama untuk berkembang dalam lingkungan radioaktif.   

Deinococcus radiodurans , suatu polyextremophile menakjubkan   mampu menahan 5.000 Grays radiasi (500.000 rad). Penemuan jamur dan bakteri tersebut telah memberikan   terobosan dramatis dalam menemukan cara-cara organik   untuk detoksifikasi limbah radioaktif.

Cacing Pompeii

extremophile ini dapat hidup tenang   bahkan dalam suhu ekstrim.  Habitat Pompeii  ditemukan pada ventilasi hidrotermal di dasar laut.    Tubuhnya bersuhu  sangat panas  175 ºF, sedangkan bagian kepalanya bersuhu   72 º F jauh lebih dingin  . diselimuti mantel putih dan lembut yang sebenarnya merupakan koloni bakteri yang hidup dalam hubungan simbiosis dengan cacing, makan sekresi lendir yang dihasilkan oleh worm. Sungguh suatu keanehan, Cacing Pompeii   banyak mengajarkan kita tentang cara hidup di berbagai suhu ekstrim.

 Tardigrade
 Tardigrade dianggap sebagai raja extremophiles. Organisme mikroskopis ini terlihat seperti Gummi beruang   (maka  mereka disebut"Beruang Air") dan telah terbukti lebih tahan lama dibandingkan Twinkies. Tardigrades telah ditemukan di seluruh dunia, dan di tempat yang paling menakjubkan, dari puncak pegunungan Himalaya sampai dasar laut, dari suhu mendekati nol absolut sampai suhu lebih dari 303 ° F

Seperti jamur Chernobyl,  'Beruang Air" ini dapat menahan sinar gamma dosis mematikan bagi manusia Tardigrades juga dapat menahan tekanan ekstrim, dan penelitian sedang dilakukan untuk menguji daya tahan Tardigrades 'dalam ruang vakum.